Selasa, 19 Januari 2016

Suku Rote

 

Ilmu Sosial Dasar
Suku Rote

Nama                    : Clarinta Azarine Fonda Indriasih
Kelas                     : 1IA03
Fakultas               : Teknik Industri
Jurusan                : Teknik Informatika
NPM                      : 51415529




i



























DAFTAR ISI
COVER.............................................................................i
DAFTAR  ISI...................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................1
1.1  LATAR BELAKANG.....................................1
1.2  TUJUAN...........................................................1
BAB 2 PEMBAHASAN...................................................2
          2.1 ASAL-USUL SUKU ROTE............................2
          2.2 NENEK MOYANG SUKU ROTE.................2
BAB 3 TRADISI SUKU ROTE......................................3
          3.1 PERKAWINAN SUKU ROTE.......................3
BAB 4 PENUTUP.............................................................5
DAFTAR PUSTAKA.......................................................6
         












ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak sekali suku. Banyaknya keanekaragaman suku yang terdapat di Indonesia mulai dari Sumatra hingga Papua tersebar luas di 33 provinsi di Indonesia. Di wilayah Indonesia paling selatan, terletak kepulauan yang merupakan bagian dari wilayah Indonesia, yaitu kepulauan Rote atau yang biasa disebut sebagai Pulau Roti karena bentuknya yang menyerupai roti. Pulau ini dihuni oleh suku aslinya yaitu Suku Rote. Suku Rote merupakan suku asli yang mendiami wilayah Kepulauan Rote, Nusa Tenggara Timur. Suku ini mendiami wilayah Kepulauan Rote, Kabupaten Rote Ndao dan sebagian pantai barat Pulau Timor. Daerah mereka termasuk dalam wilayah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur. Ada anggapan bahwa suku ini sebenarnya berasal dari Pulau Seram, Maluku. Jumlah populasi Suku Rote di Indonesia kurang lebih sekitar 88.000 jiwa.
1.2 Tujuan
1.      Mengetahui asal-usul Suku Rote
2.      Mengetahui filosofi kehidupan Suku Rote
3.      Mengetahui tradisi Suku Rote
















1
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1                        Asal-Usul Suku Rote
Dalam buku Land Taal & Volkenkunde Van Netherlands Indie (1854) dinyatakan bahwa pada sekitar abad 3 sesudah penduduk mendiami Pulau Rote, disebelah utara Pulau Rote muncul kapal-kapal Portugis sedang berlabuh dan mereka membutuhkan air minum. Di pantai mereka bertemu seorang nelayan dan bertanya, “Pulau ini bentuknya bagaimana?“ Nelayan ini menyangka bahwa mereka menanyakan namanya, sehingga nelayan itu menjawab, “Rote“. Kapten (nakhoda) kapal Portugis ini menyangka bahwa bentuk pulau itu Rote, segera ia menamakan pulau itu Rote. Demikian seterusnya pulau ini disebut Rote.Dalam arsip pemerintah Hindia Belanda pulau ini ditulis dengan nama “Rotti atau Rottij“ kemudian menjadi “Roti“. 
Orang Rote kemungkinan berasal dari Pulau Seram, Maluku. Dengan merupakan salah satu dari 20 nusak (kerajaan) di Rote Ndao serta pernah memiliki Raja Dengka:
1.      Tongah Kotek (1854-1858)
2.      Adoe Tongah (1859-1890)
3.      Paulus Adoe Toenggah (1891-1903)
4.      Alexander Toenggah (1907-1911)
5.      Alexander Paulus Toenggah (1907-1911)

        2.2 Nenek Moyang Suku Rote
Orang Rote mengenal nenek moyang mereka berasal dari suku-suku Israel yang hilang yang datang ke Maluku. orang-orang Yahudi Alfuros (dari suku Gad), sebagian menyebar ke bagian barat, menyinggahi pulau Rote dan menetap di Rote bagian timur di suatu daerah yang dinamai Beluba dan di bagian barat daya Thie. Menurut para tokoh adat di Rote, mereka selalu menyebut Pulau Seram dan Tidore sebagai tempat asal nenek moyang orang Rote. Para leluhur tersebut datang secara bergelombang. Kisah para leluhur orang Rote ini tidak terlepas dari kisah tiga bersaudara, yaitu Belu Mau, Sabu Mau, dan Ti Mau. Belu Mau menetap di Belu setelah menyinggahi pulau Rote. Di Rote Timur, Belu Mau memberi nama daerah itu ‘Beluba’ sekarang bernama Bilba. Di Beluba (Bilba) pada jaman kolonial Belanda sudah pernah terbentuk satu Kerajaan kecil bernama Kerajaan Beluba dengan Rajanya berjulukan ‘Mane Kaiyoe” dari suku Kaiyoe. Belu Mau kemudian berlayar lagi ke pulau Timor dan dialah yang menjadi nenek moyang orang Belu saat ini. Si bungsu, Ti Mau berlayar ke barat dan menetap di Rote Barat Daya, daerah itu diberi nama Nusak Thie. Sedangkan Sabu Mau meneruskan perjalanannya dan menetap di Pulau Sawu. Para leluhur menyebut Pulau Rote sebagai Pulau Kale, dengan julukan Nusa Ne do Lino, artinya negeri tenang dan damai.





2


BAB 3
Tradisi Suku Rote


3.1            Perkawinan Suku Rote

Suku Rote menjunjung tinggi adat perkawinan sebagai salah satu bagian penting di dalam kehidupan orang Rote. Dalam adat perkawinan suku Rote yang unik, terdapat tahap-tahap sebagai berikut:
1. Peminangan
Peminangan diawali dengan pembawaan mbotik (tempat sirih pinang) di pagi hari oleh ti’i (bibi dari pihak lelaki) ke rumah pihak perempuan. Ti’i menunggu hingga gadis yang akan dipinang bangun (ndao ndao). Kemudian, orang tua gadis akan menyapa “au mai sangga bei bara haik” (saya datang mencari tenaga kerja) dan jika disetujui, dijawab oleh keluarga perempuan, “felasik ala mai” (silakan orang tua datang). Pada tahap peminangan ini, pihak lelaki mengumpulkan seluruh keluarganya sebagai keluarga penerima perempuan (bapa te’o mama te’o) dan keluarga pemberi perempuan (bei huk to’o huk).



     Gambar 1: baju adat

2. Peminangan secara resmi
Keluarga lelaki datang dengan rombongan yang berjumlah ganjil, biasanya 5-7 orang. Tahap ini membahas belis dan pembayaran/pengantarannya. Pihak lelaki memiliki acara tu’u belis tu’u belis di mana seluruh keluarga lelaki diundang dan mengumpulkan sumbangan belis, dimulai dari mendaftar keluarga yang akan diundang, membicarakan sumbangan yang akan diberikan, dan menyerahkan sumbangan belis.


3. Pengantaran belis
Pengantaran belis dilakukan sesuai kesepakatan waktu kedua belah pihak dan penyerahannya dilakukan dengan mengucapkan kata-kata penyerahan dan kata-kata penerimaan.













3

4. Terang Kampung
Terang Kampung adalah proses pengukuhan oleh imam adat sebagai pemimpin upacara perkawinan. Upacara perkawinan dalam Terang Kampung dinamakan Natu du sasook, yang merupakan sebuah pemberitahuan bahwa lelaki dan perempuan tersebut telah resmi sebagai suami istri. Upacara ini disertai dengan pesta yang mengundang kerabat dan kenalan. Pada pagi harinya, pengantin perempuan diantar ke rumah penganti lelaki (Napora atau dode).

Dalam pemilihan perempuan untuk menjadi istrinya, seorang lelaki Rote harus memperhatikan ungkapan berikut:

Tu titino
Sao mamete
Tu sangga duduak
Sao sangga safik
Fo ana tea bae nggi leo
Mba ana kula haba babongkik



Yang artinya:

Kawin selidiki baik-baik
Kawin harus diteliti
Kawin harus mencari pikiran yang sama
Kawin untuk menyatukan hati
Agar dapat mempersilakan sirih kepada
Kerabat dan handai taulan.

Dengan demikian, lelaki Rote berhati-hati dalam memiliki perempuan yang akan dijadikan istrinya.
















4
BAB 5
PENUTUP

Suku Rote merupakan salah satu dari ragam suku yang terdapat di Indonesia. Indonesia memiliki banyak sekali suku dan budaya yang tersebar di seluruh 33 provinsi di Indonesia. Suku Rote merupakan suku asli yang mendiami wilayah Kepulauan Rote, Kabupaten Rote Ndao di provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara kekerabatan, mereka tergabung ke dalam clan-clan yang disebut leo. Menurut sistem kepercayaan, mayoritas penduduk Suku Rote di Nusa Tenggara Timur menganut agama Protestan, Katolik dan Islam. Masyarakat Suku Rote dikenal menjunjung tinggi kegiatan-kegiatan sosial seperti pernikahan, kematian, kelahiran dan ulang tahun. Salah satu kegiatan sosial yang paling dijunjung tinggi oleh Suku Rote adalah pernikahan diamna dalam pernikahan Orang Rote, mereka memiliki beberapa tradisi yang unik.


















5

DAFTAR PUSTAKA















6


0 komentar:

Posting Komentar

 

welcome Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang